Laman

Jumat, 01 Maret 2013

Penempatan Dai Pedalaman di Indonesia Timur dan Nias

 
 
   Masyarakat Indonesia terdiskriminasi dan terabaikan. Mereka hidup terbelakang dalam segala hal. Pendidikan terbelakang, fasilitas publik terbatas, layanan kesehatan langka, rumah ala kadarnya, makanan seadanya, kekeringan spiritual dan sejumlah keterbelakangan lainnya. Berbagai persoalan itu tidak akan terselesaikan jika tidak ada kepedulian dari berbagai pihak. Hal inilah yang melatar-belakangi Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia untuk mengirim para da’inya ke pelosok pedalaman dan suku terasing.
   Rabu, 7 April 2010, Dewan Da’wah mengadakan acara “Pelepasan dan Penempatan Da’i Pedalaman” yang bertempat di Aula Masjid Al-Furqan Jl. Kramat Raya No. 45 Jakarta. Para da’i yang diterjunkan terkonsentrasi ke wilayah Indonesia Timur dan Pulau Nias. Tepatnya di Pulau Seram Maluku, pulau Halmahera Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Raja Ampat Papua dan Pulau Nias.
   KH. Syuhada Bahri, Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, mengatakan, penempatan da’i ke pedalaman adalah salah satu rangkaian dari program kaderisasi 1000 ulama Dewan Da’wah. “Setelah dibeasiswakan, para peserta kader ulama harus mengabdi kepada umat di pedalaman,” ujarnya. Saat ini, kata beliau, Dewan Da’wah sedang mengupayakan untuk mewujudkan 1000 kader ulama untuk menghadapi tantangan da’wah di era globalisasi yang semakin kompleks.
   KH. Syuhada juga berpesan, da’wah adalah satu amal dorongan dari dalam, bukan dari luar. Kalau da’wah tidak berhasil, menurutnya, mungkin nawaitu (niatnya, red) tidak benar, atau materi da’wahnya salah. “Yang mesti kita da’wahkan yang haq, bukan yang dianggap haq.” “Ketika kita menghadapi kesulitan, cobaan dan tantangan dalam berda’wah, jadikanlah itu sebagai vitamin sehingga akan menjadi peluang bagi kita untuk memacu prestasi da’wah” demikian wejangan Ust. Syuhada Bahri kepada para da’i yang hendak terjun ke pedalaman.
   Ust. Kamaludin Iskandar Ishaq, Lc., Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Da’wah (STID) Mohammad Natsir, mengungkapkan, saat ini umat sangat kekurangan atas kualitas dan kuantitas da’i, terutama di pedalaman. Ia juga mengatakan, da’wah yang kita lakukan harus menimbulkan rasa kecintaan kepada umat dan menciptakan persatuan dan kesatuan serta integritas bagi umat.
   Wisnu Salman, perwakilan dari Lembaga Pelayan Masyarakat Dompet Dhu’afa Republika mengungkapkan kegembiraanya dengan ikut serta berkontribusi bagi da’wah pedalaman dengan memberikan dana opresional da’wah. “Suatu kegembiraan bagi kami dapat ikut serta berkontribusi bagi kegiatan da’wah pedalaman, meski kami tidak terjun ke pedalaman,” ujarnya. Wisnu berharap, para dai di pedalaman dapat memberikan informasi tentang da’wahnya sehingga kegiatan da’wah dapat terpantau dan terukur secara optimal.
   “Semoga para da’i pedalaman akan mampu membangun masyarakat pedalaman agar bangkit menuju masyarakat yang lebih maju dan berperadaban mulia,” ujar Ade Salamun, Direktur Eksekutif LAZIS Dewan Da’wah.

 (Sabili, www.sabili.co.id, 8 April 2010 & Monday, http://niasonline.net/2010/04/12/penempatan-dai-pedalaman-di-indonesia-timur-dan-nias/)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar